Anak-anak yang terlahir dari rahim ranum kini berlarian ketakutan, piatu-piatu itu mengetuk nurani paling mati. Duka mereka bermandikan darah segar syuhada. Melayang lewati lorong-lorong sunyi kematian. Kapan peperangan ini berakhir? Selimut paling hangat bagi mereka hanyalah bebatuan dan bongkahan bangunan, sisa kehancuran buah kedzaliman. Maafkan nak, tangan yang tak bisa mendekap. Raga yang yang tak bisa mendekat. Mujahid-mujahid kecilku terbanglah ke surga bahagia bersama-Nya. Allepo memerah darah, sedalam cinta doa-doa kami menyertaimu diantara sujud panjang.